Sabtu, 05 Januari 2008

KUMPULAN PUISI 4 MAHMUD JAUHARI ALI

Puisi-Puisi Mahmud Jauhari Ali


Puisi 1:

Menuai Bencana

Banjir,
Sebuah hasil yang dipetik dari tanah gersang tak bertuan

Dulu tertawa bahagia, kini … pilu merana campur kehampaan
Akibat siapa

Tangankah
Kakikah
Atau jiwa manusia yang serakah

Sesama jadi korban
Sesama tak dicintai

Uang? Ya, demi uang

Hati yang segar ditebangi diri sendiri
Menjadi mati rasa, mati cinta, mati sayang terhadap saudara
Panorama hijau ditandusi oleh hati yang panas
Panasnya membuat pohon-pohon berguguran

Pahlawan kesejukan telah banyak yang sirna

Kini, sadarlah!

Kesidihan akar tidak akan membuat hati kita kaya

Karena bukan pohon yang ditebang
Melainkan kebahagianlah yang dipotong satu demi satu sebagai panen nyata



Puisi 2:

Sifat Lupa


Dulu, telah bersaksi atas kebenaran

Kebenaran itu lenyap dari ingatan

Salah!
Jangan isi jiwa dengan ketidakpercayaan
Kesalahan! Sungguh!

Jangan lebih!

Mengapa harus lebih
Tidakkah kita berpikir yang lebih itu mustahil
Pasti hancur akibat perbedaan dari yang lebih

Kembalilah di arus kebenaran

Sebelum kita diingatkan saat telah terlepas



Puisi 3:

Cinta


Setiap jiwa mencuat rasa

Tak sia-sia ada dalam jiwa

Sebagian orang menganggapnya tak wajar
Melarang rasa itu hidup
Mengekangnya dengan sangat kejam

Bahkan,
Mengurungnya dalam penjara yang mengoyak tubuhnya sendiri

Apanya yang tak wajar

Biarkan ia tumbuh dalam alunan gemercik air yang indah
Menjadi warna kehidupan lestari



Puisi 4:

Tiga Bukti


Bermula api yang begitu dahsyat

Terbagi menjadi komponen lengkap

Membeku,
Sebagiannya masih merah menakutkan

Makhluk dicipta dengan sempurna
Bukan dari bergelantungan di pepepohonan

Membangun dan menumpahkan cairan segar

Hilang satu, dua, tiga, dan seterusnya
Muncul

Ketiganya tak dapat mencipta
Melainkan dicipta

Bukti adanya Maha Pencipta



Puisi 5:

Bulan Tua di Mal


Pernak-pernik baru di hadapan mata

Tumbuh rasa ingin yang menggebu

Jalan mondar-mandir
Hingga,
Kaki dan tubuh lainnya lelah

Tak ada yang singgah di tangan
Karena ingatan akan saku yang tidak menggelembung

Mengapa bulan tua
Tidakkah terasa nyaman jika selalu muda

Tua mengajarkan kepada kita agar merasakan
Merasakan penderitaan orang tak mampu
Tuk menumbuhkan rasa sayang terhadap sesama

Tidak ada komentar: