Puisi-Puisi Mahmud Jauhari Ali
Puisi 1:
Angin dari Barat
Tinggi, tetapi pendek
Sedikit lebih disukai
Karena secuil itu menggoda
Malam telah siap mengundang tarian gelap
Ada juga kumpulan tanpa syarat
Obat dan jarum juga telah menjadi karib
Huuh!
Jangan sampai bumi seberang menjadi barat
Tapi,
Kini sebagian telah menjangkit di timur
Hentikan segera angin itu!
Aromanya sungguh tak sedap
Membuat tanah seberang menjadi ketat, pendek, ketergantungan,
Hingga bebas!
Hentikan segera sebelum angin itu merobohkan tiang agama kita!
Puisi 2:
Sepi dalam Ramai
Berjalan gontai campur penat diselingi suara bising
Letih menjadi teman jiwa yang sepi
Dalam perantauan tanpa nyawa lain di sisi
Jauh mengembara hanya tuk segopok uang kesakitan
Merana oleh ketidakpahaman orang-orang yang jauh di sana
Orang-orang besar yang kurang berhati
Membiarkan adanya keterpisahan yang berarti
Puisi 3:
Di Pembaringan
Sakitku meronta dalam dekapan lelah
Jiwaku terlunta oleh masalah yang tak seharunya ada
Aku berlari menapaki roda hidupku di tanah rantau
Bukan untuk sebuah pekerjaan
Tapi,…untuk membuatku berada dalam ujung duri kesakitan
Ketersiksaan yang muncul hanya demi penghidupan
Aku jadi korban yang gemar menentukan
Padahal bukan mereka yang memberiku nilai
Penciptakulah yang Maha Pemberi
Bukan mereka…!
Puisi 4:
Suara Khusyu pada Sepertiga Malam
Ramai gaduh suasana alam
Bersahutan seperti tak ada lelah
Terdengar gemericik tetesan air bumi
Tapak kaki menghiasi lantai kehangatan
Menuju pintu kebahagian sejati
Mengangkat takbir hingga mengucapkan salam
Menyuarakan keinginan hati di hadapan-Nya
Puisi 5:
Permaianan Bola di Suatu Fajar
Mengegelinding laju dingginnya bola bening
Menyegarkan lahan gersang yang haus kesegaran
Menusukkan ke gawang-gawang kering
Kadang terhalang bebatuan sebagai pertahanan
Tetap berusaha mencetak poin dengan resapan gawang kering
Menuju titik tujuan
Semua sudah dimasukkan
Segar menyelimuti lahan dan sekitar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar