Kumpulan Puisi 8 Mahmud Jauhari Ali
Puisi 1:
Secuil Jiwa yang Gundah
Hampa menyelimuti ruang kalbuku
Gersang melanda pikiranku
Sejumlah masalah menderaku
Aku lunglai dalam dekapan iblis
Sempat membisik suara sesat
Dari teligaku menusuk tajam ke hati
Hari kulalui dengan isakan tangis yang dalam
Isakan tangis yang menemani perjalananku
Namun, aku yakin Penciptaku sayang kepada-Ku
Pengharapan pun masih terbentang
Puisi 2:
Melanjutkan Perjuangan
1945…,
langkah awal bangsa ini menempuh jalan baru
Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Pembangunan mulai digalakkan
Berbagai sektor dibangkitkan
Kini, dapatkah kita seperti para pejuang?
Angkat senjata melawan ketidakbenaran dan ketidakadilan?
dan mengisi kemerdekaan ini dengan benar
Jangan! Jangan! Jangan!
Jangan isi kemerdekaan dengan ketidakbenaran
Mari kita lanjutkan perjuangan ini dengan kebenaran
juga keadilan menuju kemakmuran dan kesejahteraan
Puisi 3:
Menjadi Pemimpin
Raja, presiden, ataukah yang lain?
Apakah nama-nama itu menjadi jaminan?
Bagiku tidak!
Tidak ada gunanya nama-nama itu
jika mereka tidak mau belajar memimpin
tetap saja rakyat menderita…menderita!
terpenting jadilah pemimpin yang pemimpin
ia mampu dan bertanggung jawab
bukan untuk dirinya sendiri,
tapi untuk semua yang dipimpinnya
Puisi 4:
Belajar dengan Tekun
Ayo belajar Nak, Dik, dan Saudaraku!
Belajar adalah kewajiban bagi kita
Gunakanlah otak untuk berpikir
Berpikir dan berpikir yang baik
Otak wajib kita gunakan
Kita adalah manusia, bukan hewan!
Kita berdiri tegak, makan pun dengan tangan
Malas harus kita singkirkan jauh-jauh
Sejauh kita mampu
Bangkitlah menuju cerahnya dunia yang indah
dan akhirat yang menawan
Puisi 5:
Menapaki Lahan Hijau
Berjalan mewarisi sejumlah langkah
Giat bekerja menaiki tangga-tangga kehidupan
Berjuang meraih harapan yang indah
sebagai perwujudan cita-cita
laksana kapal layar menuju tanah impian
Menorehkan sejumlah tanda perjuangan
di antara dua pilihan, baik dan buruk
Menjalankan aktivitas yang rutin
‘Tuk menggapai warna baru yang cerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar